Situasi
menjelang pilpres 2019 hampir sama dengan situasi tahun 2013 menjelang pilpres
2014 lalu. Prabowo semula merupakan capres berpeluang terbesar menjadi
pemenang, perlahan namun pasti mulai digembosi teman mau pun lawan. Kilas Balik
Pilpres 2014. Sampai tahun 2012 elektabilitas Prabowo Subianto selalu berada di
posisi teratas dari seluruh hasil survey. Memasuki tahun 2013 secara mendadak
elektabilitas Prabowo mulai disusul oleh Jokowi yang baru terpilih sbg Gubernur
DKI Jakarta. Bahkan pada awal 2014
elektabilitas Jokowi oleh sebagian lembaga survey disebut telah memgungguli
Prabowo. Dan hasil pilpres 2014, terlepas dari kebenarannya, karena terbukti
banyak kecurangan, KPU memutuskan Jokowi
sebagai pemenang Pilpres 2014.
Tentang
pemilih pilpres 2014, sulit dibantah hampir seluruh rakyat pemilih Prabowo
Subianto adalah rakyat pemilih yang pilihan pada Prabowo digerakkan oleh hati
yang ikhlas, kecintaan dan pikiran yang jernih. Memilih prabowo karena menolak
RI dipimpin boneka antek asing aseng. Sebagian rakyat terutama Well Educated,
kritis, nasionalis, rasional logis memahami siapa Jokowi sesungguhnya. Tahu
latar belakang, kapasitas, integritas dan kredibilitas Jokowi. Mereka ini
menjadi pemilih Prabowo karena kesukaan pada Prabowo atau khawatir jika Jokowi
terpilih. Sebaliknya, hampir seluruh pemilih Jokowi adalah rakyat pemilih
irasional, tdk logis, non kritis, rasis, bermotif tertentu, oportunis, yang pilihannya didorong oleh subjektivitas
emosional, persepsi yang terbentuk dari rekayasa opini dan pencitraan Jokowi.
Jokowi akhirnya menang melalui pencurangan. Keterlibatan Presiden SBY
memenangkan Jokowi di Pilpres 2014 sangat besar. Tanpa bantuan dan pencurangan
SBY, mustahil Jokowi jadi pemenang pilpres. SBY berhasil menyembunyikan
keterlibatannya mencurangi pilpres untuk menangkan Jokowi.
Tampil
seolah Netral, Independen dan tak memihak. Secara sama sengaja menciptakan
kesan SBY ada di pihak Prabowo Hatta. Kepada Prabowo, SBY berutang besar
khususnya ketika Prabowo - Gerindra telah menyelamatkan SBY dari kemungkinan
pemakzulan dari rencana Pansus DPR mafia pajak. Di hadapan Publik, SBY
menciptakan kesan memberi 'restu' kepada Hatta Rajasa, besannya untuk maju
sebagai cawapres bersama Prabowo. SBY hebat mengecoh dan mengelebui semua:
rakyat, teman dan lawan Sehingga SBY leluasa secara diam-diam mencurangi
pilpres membantu kemenangan Jokowi. Deception /pengelabuan SBY terbukti
efektif. Bantuan besarnya atas kemenangan Jokowi tidak terendus publik. Hanya
segelintir orang tahu bahwa SBY telah mencurangi pilpres 2014 membantu
kemenangan Jokowi dengan motif dan tujuan tertentu: menjadi penguasa di balik
Jokowi.
Strategi
(baca: pengkhianatan) SBY pada pilpres 2014 sebenarnya pengulangan strategi
yang diterapkan SBY pada Pilkada DKI 2012 Secara resmi SBY dan Partai Demokrat
mengusung Foke - Nara, namun secara diam-diam, tanpa diketahui publik, SBY
membantu kemenangan Jokowi Ahok. Efektif
namun licik. Lebih cermat lagi, SBY terbukti sukses menunggangi KPK 2010-2014.
Siapa pun sulit menyangka SBY berada di balik OTT KPK yang menciduk Rosa
pegawai Nazar dan Sekjen Kemenpora ketika transaksi suap proyek Wisma Atlet.
Nazar sempat buron, walau akhirnya tertangkap di Kolombia. Melalui penunggangan
KPK, SBY berhasil merebut kembali Partai Demokrat ke tangannya dari Anas dkk.
Terjeratnya Andi dan Choel Malarangeng dalam upaya SBY merebut Partai Demokrat
tak lebih dari Collateral Damage yang
harus terjadi untuk kesempurnaan strategi Deception/pengelabuan SBY.
Mengutip
pengakuan Wiranto dan Sutiyoso mantan atasan SBY, bahwa tidak ada jenderal
Indonesia punya kemampuan menyusun dan melancarkan strategi seperti SBY.
Hendropriono hebat, tapi terbatas pada bidang intelijen. SBY hebat hampir di
semua bidang. Jenderal brilian nan langka. Deception merupakan keahlian
terhebat SBY. Dia dapat mengecoh siapapun. Dia hebat dalam menyimpan rahasia,
sembunyikan niat. Dan yang terpenting, SBY mampu mengorbankan siapa saja untuk
memastikan keberhasilan strategi dan pencapaian tujuan. Everybody is tool.
Semua bidak bisa dikorbankan. Jangankan awam, politisi, elit partai, tokoh
bangsa, ulama, kader partai, sahabat karib, bahkan keluarga SBY sendiri sulit
menebak aplagi untuk mengetahui maksud dan tujuan SBY. Cermat, teliti,
komprehensif, matang, taat azas, disiplin, kerahasiaan dst menjadi panduan
strategi SBY. Kehebatan SBY ini fenemonal. Pernah menjadi topik kajian,
penelitian dan diskusi di Government at
Harvard University (Harvard Kennedy School ) Cambridge, Massachusetts,
Amerika Serikat. Keunggulan SBY ini jadi faktor keberhasilannya menjadi
presiden 2 periode & kinerjanya luar biasa. Keunggulan ini yg mengantarkan
SBY menjadi 'The Real president behind President Jokowi" 2014-2019 tanpa
disadari publik.
Pengetahuan
mengenai fakta SBY ini hanya dimiliki orang tertentu yg telah selama
bertahun-tahun menjadikan SBY sebagai objek kajian/riset terkait leadership -
politics. "There is no doubt that
SBY is the strongest and most important person in Indonesia since 2004 until
now and for the next few years ..." kata Professor ilmu politik saya
menyimpulkan pada tahun 2016 lalu. Saya percaya kesimpulan dosen tersebut
karena saya terlibat dalam penelitiannya. Institusi intelijen asing seperti
CIA, Mossad, SAS, SIS dll lebih fokus mengamati SBY ketimbang tokoh Indonesia
lain, termasuk Jokowi yang disimpulkan hanya proksi dari SBY berbagi kendali
dengan CSIS, LBP, AMHP, Cukong, dst. But
only SBY as the only key figure in Indonesian politics. Memprediksi masa
depan mengharuskan kita memahami hari ini dan masa lalu. Hari ini adalah out
put masa lalu, masa depan adalah out put masa sekarang + masa lalu. Sejarah itu
penting. Sejarah yang benar bukan hasil rekayasa dan propaganda penguasa. History bukan His Story !
Objektifitas
menjadi sangat penting untuk memahami secara utuh dan benar mengenai suatu
peristiwa atau seseorang. Karena politik itu bebas nilai, maka tidak boleh
melakukan penilaian didasarkan pada baik atau buruk, melainkan benar atau
salah: efektif atau gagal: efisien atau inefisien, dst. Berdasarkan pedoman
ilmiah yang sudah baku itu, maka dapat disimpulkan strategi SBY di masa lalu,
pada kurun waktu 2011-2014 adalah efektif. SBY sukses meraih hampir semua
tujuan yg telah ditetapkan sebelum menjalankan strategi. Puncaknya: SBY menjadi
the real president behind Jokowi. Efektifitas strategi SBY tentu didukung
posisinya Sebagai presiden saat itu. Strategi itu mustahil dijalankan tanpa
kekuasaan sebagai presiden, seperti sbb:
- Pengalihan
Proyek Pemerintah Mobnas untuk sarana kampanye Jokowi
- Pengangkatan
Djan Faridz pendukung Jokowi ahok sebagai Menpera
- Penunjukan
Moeldoko sebagai Wakasad Januari 2013, sebagai Kasad Mei 2013 dan Panglima
TNI Agustus 2013.
Moeldoko diketahui sebagai salah
satu binaan Hendropriono mantan atasan SBY Dll.
Dan terpenting adalah SBY
menggunakan kekuasaannya selaku presiden untuk melindungi semua dugaan
pelanggaran hukum dan korupsi Jokowi Ahok: Dari Solo - Beltim hingga Jakarta.
Dari walikota dan bupati hingga Gubernur - Wakil Gubernur. Jokowi ahok
menikmati perlindungan Presiden SBY.
SBY
secara diam-diam juga menaikkan posisi tawar di hadapan AS yg sejak 2010 komit
membantu China mewujudkan presiden proksi di Indonesia. Deception SBY terbukti
mampu kelabui Amerika yg tidak sadar bahwa SBY berkepentingan lebih besar atas
agenda politik AS terkait proksi. Pihak AS terbukti terkecoh. Meragukan SBY mau
membantu kemenangan Jokowi Pilkada DKI 2012. AS sampai harus menggunakan
wikileaks dan media asing (The Age, The Herald, etc) sebagai tekanan guna
memastikan komitmen SBY membantu agenda AS: mewujudkan presiden proksi di RI
2014. Insiden Wikileaks seputar isu 'abuse of power SBY' menjadi solusi dan
exit strategy SBY melepaskan diri dari statusnya sbg sekutu PRepublik, dan
beralih menjadi sekutu Partai Demokrat AS yang saat itu menjadi penguasa Gedung
Putih (Obama 2008-2016) Lagi-lagi membuktikan kehebatan SBY.
Keberhasilan
SBY menolak permintaan AS (Scot Marceil, Dubes) agar Jokowi diusung capres oleh
Partai Demokrat dan usul SBY agar memanfaatkan PDIP sebagai kendaraan politik
Jokowi di pilpres 2014 kembali menimbulkan keraguan AS pada komitmen SBY. Dan
akhirnya Obama mengundang SBY ke AS Mei 2013. Berkedok sebagai penerima
penghargaan 'Negarawan Pahlawan Tolerasi Beragama' dari Yayasan Yahudi New York
(yang disiapkan Obama), SBY ke AS untuk mempresentasikan strategi pemenangan
Jokowi pada pilpres 2014 di depan Obama dkk (30 Mei 2013). Hasilnya Obama
menyetujui rencana strategi SBY. Kesepakatan SBY - Obama: Jokowi diusung PDIP
bukan Partai Demokrat disertai janji SBY bahwa koalisi PDIP diperkuat minimal 1
Partai Islam (PKB) untuk kurangi resistensi Islam pada Jokowi. KPK tetap terus
ditunggangi untuk jerat politisi islam & media berperan membentuk opini
merusak moral Islam. Dari Washington SBY menghubungi Wapres Budiono (31 Mei
2013) untuk meneruskan pesan SBY kepada Taufik Kemas, suami Megawati Ketum
PDIP: Agar PDIP segera usung Jokowi sbg
capres 2014. SBY juga menegaskan dukungannya kepada Jokowi-PDIP meski berada di
luar koalisi PDIP-Jokowi. Wapres Budiono meneruskan pesan SBY kepada Taufik
Kemas pada 3 Juni 2013 saat mereka bertemu di acara peringatan Hari Kelahiran
Pancasila di Ende, NTT 3 Juni 2013. Kembali dari NTT, Taufik Kemas sampaikan
pesan SBY ke Megawati agar PDIP segera usung Jokowi capres. Mega menolak. Walau
Taufik Kemas telah beri argumentasi seputar usulan SBY, Megawati kukuh menolak
permintaan SBY: agar PDIP usung Jokowi
1. Amanat
Kongres PDIP 2012: Megawati Capres PDIP 2014
2. Mega
tidak percaya SBY.
3. Pernah
dibohongi SBY berkali-kali Terkait Kecurangan SBY di Pilpres 2009
Kepada
publik Megawati selalu sebut:
- Ada
penumpang gelap di Pilkada Jakarta 2012
- Jokowi
ini siapa kok semua mendukungnya?
- Kok
kemana-mana dikerumuni dikejar wartawan?
- Kok
tiap menit jadi berita di media?
- Jokowi
loyalitas kepada siapa?
- Jokowi
sudah sumpah akan 5 tahun jadi Gubernur DKI, Dst
Kembali
kehebatan SBY terbukti. Penolakan Mega atas usul SBY usung Jokowi Capres PDIP
2014, menjadi peluang besar yang untungkan SBY. Dibantu AS & sekutunya,
tekanan bertubi-tubu kepada PDIP-Megawati yang menolak usung Jokowi, berbuah
kemenangan Cagub Partai Demokrat/SBY di Pilkada Bali & Jatim 2013.
2013 tahun kejayaan SBY
- Dukacita Mega
- Taufik
Kemas suami Mega wafat mendadak
- PDIP
kalah Pilkada dimana-mana
- SBY
menang pilkada dimana-mana
- Partai
Demokrat direbut dan dikuasai SBY sepenuhnya
- KPK
terus menjerat politisi Islam
- Media
terus buat opini pojokkan Islam
- Prabowo
merosot
- Jokowi
melambung
Penolakan
Megawati atas permintaan SBY untuk pencapresan Jokowi melalui PDIP direspon
SBY-AS dan sekutunya dengan melancarkan operasi intelijen untuk penggalangan
dukungan pencapresan Jokowi mulai dari DPD PDIP Propinsi sampai tokoh senior
PDIP. Menekan Mega dari internal PDIP.
Merebak isu mulai dari penggulingan Mega sebagai Ketum PDIP sampai pembakaran
kota Jakarta jika Mega tidak setujui pencapresan Jokowi oleh PDIP. Opini media
juga diarahkan untuk menyerang Megawati. Akhirnya Mega menyerah, terpaksa
mengusung Jokowi, Perjanjian Batutulis pun diingkari Mega. Lagi-lagi SBY jadi
pemenang, raih keuntungan besar.
Pengetahuan publik:
Jokowi diusung Mega/PDIP
Fakta:
Jokowi diplot jadi presiden oleh SBY. Kendali ada pada SBY
Di balik Jokowi, SBY sebagai the real president
Kekuasaan SBY mutlak meliputi ekonomi, keuangan,
hankam, kesehatan, LN
Mustahil dibantah:
Sri Mulyani Menkeu SBY
Moeldoko Panglima TNI SBY
Agus Marto/Darmin Gub BI SBY
Sofyan D Menteri SBY
Hadi Tjahjanto Sesmil SBY
Perry &Wimboh ex Direktur BI > BO B Centuty
Retno SBY
Moeloek SBY
Tito & Suhadi SBY
Agus Rahardjo SBY
Dll
Bahkan
orang model kayak Ferdinan Hutaean yang dulu paling keras teriak akan bakar
kota Jakarta jika Mega tidak segera usung Jokowi dan orang yang tiap hari demo
KPK desak tangkap Hatta Rajasa koruptor KA adalah orang SBY. Ferdinan Militan
Radikal Pro Jokowi Ahok
Beda
dengan politisi lain, SBY tidak andalkan mesin partai (demokrat) dalam
menjalankan strategi dan meraih tujuan. Bagi SBY partai hanya sarana pelengkap
& lebih terkait formalitas belaka. Strategi & operasi pencapaian tujuan
dilakukan SBY via jaringan non partai yg melibatkan TNI / ex TNI. Pada
pemilu/pilpres, SBY lebih andalkan mesin tim sukses khusus (sekoci): dari Tim Alpha sampai Tim Zulu. Timses Partai
- Timses Pilpres hanya formalitas & kanalisasi, Kesuksesan SBY tergantung
pada sekoci. Kerahasiaan & efektifitas sekoci terjamin karena tidak
melibatkan pihak luar.
Sekilas balik
Periode
2012-2014 adalah masa dimana Presiden SBY sangat jarang tampil di publik.
Kemunculan SBY di tengah publik & pers berkurang sd 90%. 2 tahun terakhir
masa pemerintahan SBY digunakan penuh untuk menyusun strategi &
mempersiapkan rezim SBY Part III di balik Jowowi. Jika 2013 tercatat sebagai
tahun kejayaan SBY, maka tahun 2014 adalah puncak kejayaan SBY
- SBY sukses pemilu
- Sukses jadikan jokowi pemenang pilpres tanpa
publik tahu bantuan luar biasa besar SBY
- Opini kuat bahwa Jokowi proksi/ petugas partai
Mega/PDIP bukan SBY
- Konsolidasi Partai Demokrat
Mayoritas
rakyat dan elit menyangka Partai Demokrat - SBY kalah besar dalam pemilu 2014.
Dari 20% perolehan kursi DPR 2009, turun menjadi 10% pada 2014. Seperti itu
terlihat dan memang opini seperti itu diharapkan SBY. Di sini hebatnya SBY mengelabui
publik, teman & lawan,
Faktanya? Faktanya SBY sukses
konsolidasi internal Partai Demokrat. Politisi Partai Demokrat yang terjerat
hukum, faksi Anas, tidak loyal, potensial bermasalah, dst. digusur SBY dari DPR
dan dari kepengurusan partai melalui mekanisme pemilu. Strategi Pontius Pilatus
jenius SBY. Tendang kader keluar dengan pinjam kaki orang. Tahun 2012 SBY fokus
menyiapkan perangkap besar dari proyek EKTP.
Proyek strategis EKTP sejak perencanaan SUDAH TIDAK dimaksudkan SBY
harus selesai sesuai target. Sebaliknya, proyek ini sengaja disabotase oleh SBY
sendiri agar mudah dikorupsi banyak pihak dan gagal total. Proyek EKTP
dijadikan Presiden SBY sebagai tiket dan jembatan emas mewujudkan rencana SBY
tetap sebagai pengendali kekuasaan politik pasca akhir pemerintahan kedua,
setelah tahun 2014.
Perangkap
proyek EKTP membuktikan SBY adalah tokoh visioner, merencanakan dan melihat
jauh kedepan. Keputusan mengejutkan SBY menunjuk Gubernur Sumatra Barat Gamawan
Fauzi yang bukan kader Partai Demokrat, bukan timses, bukan kerabat, bukan
militer, dan minimal hubungan historis degan SBY, sebagai Menteri Dalam Negeri
pada 20 Oktober 2009 bukti bahwa rencana perangkap korupsi proyek EKTP sudah
disiapkan SBY sejak lama. Pasti Presiden SBY sengaja memilih Gunawan Fauzi
sebagai mendagri untuk menghindari komplikasi politik dan hukum yang
ditimbulkan dari kasus korupi EKTP di tahun-tahun mendatang. Komplikasi yang
dikhawatirkan SBY dapat menyeretnya, keluargnya, partainya, TNI, organisasi
purnawirawan TNI, dst.
Jika
tidak ada rencana menyiapkan perangkap korupsi ektp, SBY pasti memilih politisi
senior Partai Demokrat, Gubernur kader Partai Demokrat, atau jenderal senior
yang dikenal baik & dipercaya SBY untuk menjabat posisi sangat strategis
Menteri Dalam Negeri. Tapi SBY tidak melakukan hal itu. Di sini letak
keunggulan SBY, Setelah sukses memanipulasi hasil pilpres 2009 yang memenangkan
SBY satu putaran, langkah berikut SBY adalah menutup celah hasil pilpres 2019
dapat digugat atau dipermasalahkan di masa mendatang, yang dimungkinkan dengan
penyelesaian proyek EKTP sesuai target. Jika proyek EKTP selesai Desember 2012.
Jumlah rakyat pemegang ektp = 150-155 juta orang Apa yg mungkin terjadi?
Bisa jadi ada lawan politik SBY
tiba-tiba sadar bahwa Pilpres 2009 sangat curang karena jumlah pemilih di DPT
tercatat 176 juta orang. Potensi ancaman ini harus dilenyapkan. Maka proyek
EKTP harus gagal. Dan kegagalan proyek itu harus disebabkan KKN sehingga banyak
politisi dari kubu lawan yg dapat dijadikan kambing hitam/tumbal kegagalan
proyek EKTP. Lebih jauh lagi keterlibatan lawan politik SBY pada korupsi ektp
dapat jadi senjata politik bagi SBY.
Agar proyek EKTP dapat menjadi
perangkap korupsi, SBY melakukan sbb:
- Menunjuk
GF sbg mendagri
- Mengubah
PHLN jadi APBN murni
- Membatalkan
rekom LKPP ttg temuan KKK pada lelang
- Mensabotase
pekerjaan PT Sandipala
- Mengondisikan
Paulus Tanos buron
- Johanes
Marliem
Untuk
memastikan ketua LKPP tidak menjadi tersangka korupsi EKTP atas keterlibatannya
mencabut rekom pembatalan lelang EKTP, Ketua LKPP ditempatkan SBY sbg Ketua
KPK. Langkah jenius SBY.
Mundur
sedikit kebelakang, Diakhir jabatan SBY mendapat pujian luar biasa dari Obama
atas jasa besar SBY mewujudkan agenda AS-China: Presiden Proxy RI 2014-2019.
Menghapus kekhawatiran China pada keterlibatan RI pada konflik Spratly di LCS.
Memudahkan program sekulerisasi di RI. Sebagai bukti SBY mendukung rencana
besar CSIS, memudahkan China melancar operasi intelijen, menjalankan strategi
dan agenda politik di RI, maka pada Oktober 2011 SBY menggeser tokoh CSIS Mari
Pangestu menjadi Menteri Pariwisata. Banjir China ke Indonesia dimulai (https://industri.kontan.co.id/news/kemenparekraf-ingin-genjot-wisman-asal-china)
Presiden SBY memberi kontribusi besar untuk cukong dan tionghoa. Tidak sebatas
melindungi semua dugaan korupsi ahok, membantu ahok (dan jokowi) menang pilkada
2012, SBY juga beri hadiah Perppres 2014
Pengelabuan
SBY juga terjadi ketika Fraksi Partai Demokrat di DPR tak terduga melakukan
Walk Out pada voting RUU Pilkada di Rapat Paripurna DPR. Walk Out Fraksi Partai
Demokrat menyebabkan kekalahan fraksi KMP di RUU Pilkada. Juga di RUU Perppu
Ormas: SBY-PD dukung PERPPU Ormas
Banyak
bukti di depan mata, tapi rakyat & elit politik Indonesia tetap tidak sadar
di mana posisi SBY - Partai Demokrat. Inilah bukti kehebatan
Deception/pengelabuan SBY
- Pada RUU Pemilu
- Pada kasus penistaan agama oleh ahok
- Pada Pansus DPR Hak Angket KPK
- Pada aksi damai jutaan umat
- Dll
Saya
memaklumi kesulitan rakyat memahami SBY karena kehebatan SBY mengelabui semua
orang, menyebar asap tirai penutup, melempar isu mengecoh lawan, menampilkan
kesan terbalik dengan niat dan tujuan. Jangankan awam, elit politik, teman dan
lawan pun terkecoh oleh kesan yang dibangun SBY.
Juga
ketika
Ø SBY
tiba-tiba ke JK pada 27 Juni, hari pilkada serentak.
Ø Malamnya
JK tiba-tiba bertemu PKS.
Ø Utusan
SBY temui RINDU.
Ø SBY
beri pujian untuk ASYIK
Hasilnya:
Ø PKS
membelot - Deal dengan RINDU
Ø ASYIK
kalah
Ø Koalisi
Gerindra PKS hancur lebur
Ø Prabowo
terancam gagal nyapres
Quattrick SBY !
Kesempurnaan
SBY sebagai politisi dibuktikan SBY dengan menampilkan 'ketidaksempurnaannya'
secara disengaja. SBY sangat paham bahwa "terlihat lebih baik dari orang
lain selalu berbahaya, namun yang paling berbahaya adalah terlihat tidak
memiliki kesalahan/kelemahan" Deception. Bukti kehebatan Deception SBY
Sudah jelas bahwa SBY pencipta, pendukung, koalisi terbesar dan pemgendali
rezim Jokowi, tapi rakyat dan elit politik sampai periode Jokowi akan berakhir
tidak kunjung menyadari fakta tersebut. Padahal SBY menempatkan semua fakta itu
di depan mata rakyat.
Sektor
Keuangan:
Ø MENKEU
- Menko Ekonomi - Gubernur BI - Ketua OJK Semua pejabat keuangan RI Era Jokowi
= Pejabat era SBY = Orang pilihan SBY.
Ø Ketua
KPK, Kapolri, Kepala BNPT = pilihan SBY
Ø Ka
SKK Migas, Lemhanas, Panglima TNI, Menlu, Menkes, Menag bahkan KSP ! Semua
pilihan SBY.
Fakta bahwa SBY
adalah penguasa sesungguhnya di balik rezim Jokowi atau rezim Jokowi sebenarnya
adalah rezim SBY Jilid III secara sempurna berhasil disembunyikan SBY dari
penglihatan publik walau realita itu terpampang jelas di depan mata. Mengapa
hal itu dapat terjadi?
Cara berpikir
publik bertolak belakang dengan cara pikir politisi. Publik selalu melihat apa
yang disajikan/ditampilkan di depan mata. Sedangkan politisi selalu
menyembunyikan kebenaran dari penglihatan publik dengan menampilkan wajah palsu
atau topeng. Politisi selalu berdusta. 3 minggu menjelang pendaftaran bakal
capres cawapres di KPU 4-30 Agustus 2018 tidak ada satu partai atau koalisi
partai yg telah menetapkan nama paslon pilpres 2019. Bahkan satu koalisi partai
pun belum terbentuk. Semua partai terlihat gamang diliputi serba
ketidakpastian. Tidak satu pun lembaga survey berani atau bersedia
mempublikasikan hasil survey elektabilitas para bakal capres cawapres. Berbeda
degan situasi tahun 2013 menjelang pilpres 2014, Rakyat jadi bertanya2, siapa
sosok capres cawapres terkuat? Siapa kuda hitam? Apakah ada wajah baru?
Saya prediksi
rencana beberapa partai bertemu pada 15 Juli yad untuk membahas dan menyepakati
nama bakal cawapres Jokowi akan gagal. Sampai 15 Juli nanti tidak akan muncul
nama cawapres Jokowi hasil kesepakatan sejumlah partai. Koalisi partai
pengusung Jokowi juga belum akan terbentuk.
Fakta politik
beda dengan opini publik yang sudah terbentuk. Opini publik menganggap Jokowi
sdh didukung banyak partai.
Fakta politik:
tidak ada satu partai pun telah secara resmi mendukung Jokowi. Semua dukungan
partai yang disebut2 untuk Jokowi hanya ucapan di bibir tanpa tindaklanjut.
Hanya Partai Nasdem yang dapat dinilai hampir pasti dukung Jokowi karena hanya
Nasdem yang menyampaikan ke publik akan dukung Jokowi tanpa embel-embel atau
disertai syarat bakal cawapres Jokowi HARUS dari Nasdem. Di luar Nasdem, semua
partai 'membunuh' Jokowi. Menyiksa Jokowi, Mempermainkan.
Dukungan
partai-partai kepada Jokowi yang disertai syarat cawapresnya harus dari partai
pendukung masing-masing adalah sama dengan 'membunuh' Jokowi, Mustahil Jokowi
memiliki 3,4 atau 5 cawapres sekaligus. Dukungan itu = ngenyek. Melecehkan.
Menyiksa. Menutup peluang jokowi nyapres. Bayangkan bagaimana tekanan hebat
sekarang ditujukan kepada Jokowi. Pihak AS (baca: Barat dan sekutu) menegaskan
bahwa paslon pilpres 2019 harus representasi Islam - Islam atau Islam -
Nasionalis/Nasionalis - Islam. Jokowi terpaksa melirik tokoh-tokoh Islam untuk
bakal cawapresnya. Persyaratan AS mengenai paslon pilpres 2019 persoalan besar
bukan pada pada tokoh Islam mana yg harus dipilih Jokowi untuk cawapres,
melainkan pada status Jokowi sendiri:
"Jokowi
sebagai representasi Islam atau nasionalis atau tidak keduanya?" Islam
Nusantara? Sungguh kasihan Jokowi Ketika akhir 2017 Gedung Putih menegaskan
bahwa utk kestabilan sosial politik dan keamanan di Indonesia dan kawasan
ASEAN/Asia Pasific, AS ingin paslon Pilpres 2019 dari tokoh Islam
moderat/nasionalis, Jokowi cari legitimasi sbg muslim sampai ke Afganistan.

Namun fakta
bahwa umat Islam Indonesia 'tidak mengakui' Jokowi sebagai muslim sudah menjadi
pengetahuan dunia khususnya AS. Islam Nusantara dianggap Jokowi sebagai solusi
atas masalah identitas agama yg sekarang membelit Jokowi. Pengusung Islam
Nusantara benar melecehkan kecerdasan AS.
Anda boleh tidak
setuju, namun adalah fakta politik bahwa tanpa restu dan dukungan AS (dan
sekutu) hampir mustahil Jokowi terpilih sebagai presiden RI 2019-2024. Dengan
sistem politik dan demokrasi liberal yang dianut Indonesia, faktor dukungan AS
menjadi sangat penting/signifikan. Fakta bahwa AS di bawah Presiden Trump /
Republiken tidak mendukung Jokowi. Fakta bahwa Obama-Clinton/Demokrat sbg
pendukung utama Jokowi tdk lagi menjadi penguasa AS. Fakta bahwa China mustahil
ambil risiko mengusik agenda AS/Trump terkait pilpres Indonesia 2019. Fakta
bahwa AS ingin tokoh Islam - Islam atau Nasionalis-Islam/Islam - nasionalis sbg
RI 1 - RI 2 yad telah menempatkan Jokowi sebagai Kartu Mati. Islam Nusantara
sebagai identitas Jokowi not acceptable di mata AS. Manuver Jokowi menggunakan
'perang dagang RI-AS' juga bakal percuma. Jokowi sendiri ragu apakah pilihannya
pada tokoh Islam sbg cawapres dapat diakomodir AS sebagai 'telah memenuhi
persyaratan'. Karena persoalan besar bukan pada sosok cawapres Jokowi,
melainkan atas sosok Jokowi sendiri: Islam? Nasionalis?. Islam Nusantara not
acceptable !
Kalangan
analis politik Singapore, mencoba membentuk opini bahwa pihak AS masih mungkin
merestui jika Jokowi memilih TGB sebagai cawapresnya. Pendapat seperti ini
berkembang setelah mendapat info dari Kedubes AS di Singapore. Masalahnya: info dari Kedubes AS itu 'invalid' . Info
dari Kedubes AS di Singapore yg sebut bhw Jokowi masih punya kans direstui AS
sbg Presiden jika duet dg TGB adalah info dr Stephanie SR Dubes AS yg ditunjuk
Obama Trump sdh menunjuk KT Farland sbg dubes baru sebagai pengganti Stephanie
Jokowi TGB tak akan direstui AS.
Sebentar lagi
media massa Indonesia secra bertahap akan balik arah tidak mendukung Jokowi
seiring dengan mulai beredar luas informasi bahwa Jokowi tdk direstui AS. Politisi
Indonesia yang sudah mencium gelagat Jokowi pasti ends adalah SBY. SBY terpaksa
kubur Jokowi – AHY. SBY incar Anies AHY. SBY paling merugi degan kepastian AS
tidak restui Jokowi meski pake embel-embel Islam Nusantara atau Islam Amerika
dst. Tradisi Republiken jelas, SBY
sendiri membuktikan bahwa dia raih dukungan Bush/Republiken pada bulan April
2003 karena resistensi Bush kepada Mega yang didukung Clinton/Demokrat. Para
tokoh Islam yang sedang kegeeran siap-siap kecewa berat karena upaya Jokowi raih
restu AS degan sodorkan beberapa nama alternatif cawapres sangat kecil
kemungkinan dapat mengubah keputusan AS. Kalau Jokowi nekad maju pilpres 2019?
Siapa mau pilih? Partai bodoh mana mau usung Jokowi?
Masih ada
peluang Jokowi direstui AS? Menurut saya: masih ADA.
Satu-satunya
cara mungkin dilakukan Jokowi raih restu AS utk penuhi syarat Islam-Nasionalis
adalah "HAJI" Jika Kerajaan Saudi bersedia beri visa haji untuk
Jokowi, Jokowi naik haji tahun ini. Mungkin saja Who knows?
Tanda2 Jokowi
ends sdh mulai terlihat:
- SBY
selingkuh, meninggalkan jokowi, sodorkan dia ke partai-partai lain yang
belum tahu AS tidak restui Jokowi
- Pemberitaan
media besar tidak lagi puji Jokowi, sebaliknya mulai seret Jokowi jatuh
- Jokowi
takut umumkan cawapres
- Partai-partai
menunggu
Posting Komentar