Situasi menjelang pilpres 2019 hampir sama dengan situasi tahun 2013 menjelang pilpres 2014 lalu. Prabowo semula merupakan capres berpeluang terbesar menjadi pemenang, perlahan namun pasti mulai digembosi teman mau pun lawan. Kilas Balik Pilpres 2014. Sampai tahun 2012 elektabilitas Prabowo Subianto selalu berada di posisi teratas dari seluruh hasil survey. Memasuki tahun 2013 secara mendadak elektabilitas Prabowo mulai disusul oleh Jokowi yang baru terpilih sbg Gubernur DKI Jakarta. Bahkan pada awal  2014 elektabilitas Jokowi oleh sebagian lembaga survey disebut telah memgungguli Prabowo. Dan hasil pilpres 2014, terlepas dari kebenarannya, karena terbukti banyak kecurangan,  KPU memutuskan Jokowi sebagai pemenang Pilpres 2014.
Tentang pemilih pilpres 2014, sulit dibantah hampir seluruh rakyat pemilih Prabowo Subianto adalah rakyat pemilih yang pilihan pada Prabowo digerakkan oleh hati yang ikhlas, kecintaan dan pikiran yang jernih. Memilih prabowo karena menolak RI dipimpin boneka antek asing aseng. Sebagian rakyat terutama Well Educated, kritis, nasionalis, rasional logis memahami siapa Jokowi sesungguhnya. Tahu latar belakang, kapasitas, integritas dan kredibilitas Jokowi. Mereka ini menjadi pemilih Prabowo karena kesukaan pada Prabowo atau khawatir jika Jokowi terpilih. Sebaliknya, hampir seluruh pemilih Jokowi adalah rakyat pemilih irasional, tdk logis, non kritis, rasis, bermotif tertentu, oportunis,  yang pilihannya didorong oleh subjektivitas emosional, persepsi yang terbentuk dari rekayasa opini dan pencitraan Jokowi. Jokowi akhirnya menang melalui pencurangan. Keterlibatan Presiden SBY memenangkan Jokowi di Pilpres 2014 sangat besar. Tanpa bantuan dan pencurangan SBY, mustahil Jokowi jadi pemenang pilpres. SBY berhasil menyembunyikan keterlibatannya mencurangi pilpres untuk menangkan Jokowi.
Tampil seolah Netral, Independen dan tak memihak. Secara sama sengaja menciptakan kesan SBY ada di pihak Prabowo Hatta. Kepada Prabowo, SBY berutang besar khususnya ketika Prabowo - Gerindra telah menyelamatkan SBY dari kemungkinan pemakzulan dari rencana Pansus DPR mafia pajak. Di hadapan Publik, SBY menciptakan kesan memberi 'restu' kepada Hatta Rajasa, besannya untuk maju sebagai cawapres bersama Prabowo. SBY hebat mengecoh dan mengelebui semua: rakyat, teman dan lawan Sehingga SBY leluasa secara diam-diam mencurangi pilpres membantu kemenangan Jokowi. Deception /pengelabuan SBY terbukti efektif. Bantuan besarnya atas kemenangan Jokowi tidak terendus publik. Hanya segelintir orang tahu bahwa SBY telah mencurangi pilpres 2014 membantu kemenangan Jokowi dengan motif dan tujuan tertentu: menjadi penguasa di balik Jokowi.
Strategi (baca: pengkhianatan) SBY pada pilpres 2014 sebenarnya pengulangan strategi yang diterapkan SBY pada Pilkada DKI 2012 Secara resmi SBY dan Partai Demokrat mengusung Foke - Nara, namun secara diam-diam, tanpa diketahui publik, SBY membantu kemenangan Jokowi Ahok.  Efektif namun licik. Lebih cermat lagi, SBY terbukti sukses menunggangi KPK 2010-2014. Siapa pun sulit menyangka SBY berada di balik OTT KPK yang menciduk Rosa pegawai Nazar dan Sekjen Kemenpora ketika transaksi suap proyek Wisma Atlet. Nazar sempat buron, walau akhirnya tertangkap di Kolombia. Melalui penunggangan KPK, SBY berhasil merebut kembali Partai Demokrat ke tangannya dari Anas dkk. Terjeratnya Andi dan Choel Malarangeng dalam upaya SBY merebut Partai Demokrat tak lebih dari Collateral Damage yang harus terjadi untuk kesempurnaan strategi Deception/pengelabuan SBY.
Mengutip pengakuan Wiranto dan Sutiyoso mantan atasan SBY, bahwa tidak ada jenderal Indonesia punya kemampuan menyusun dan melancarkan strategi seperti SBY. Hendropriono hebat, tapi terbatas pada bidang intelijen. SBY hebat hampir di semua bidang. Jenderal brilian nan langka. Deception merupakan keahlian terhebat SBY. Dia dapat mengecoh siapapun. Dia hebat dalam menyimpan rahasia, sembunyikan niat. Dan yang terpenting, SBY mampu mengorbankan siapa saja untuk memastikan keberhasilan strategi dan pencapaian tujuan. Everybody is tool. Semua bidak bisa dikorbankan. Jangankan awam, politisi, elit partai, tokoh bangsa, ulama, kader partai, sahabat karib, bahkan keluarga SBY sendiri sulit menebak aplagi untuk mengetahui maksud dan tujuan SBY. Cermat, teliti, komprehensif, matang, taat azas, disiplin, kerahasiaan dst menjadi panduan strategi SBY. Kehebatan SBY ini fenemonal. Pernah menjadi topik kajian, penelitian dan diskusi di Government at Harvard University (Harvard Kennedy School ) Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat. Keunggulan SBY ini jadi faktor keberhasilannya menjadi presiden 2 periode & kinerjanya luar biasa. Keunggulan ini yg mengantarkan SBY  menjadi 'The Real president behind President Jokowi" 2014-2019 tanpa disadari publik.
Pengetahuan mengenai fakta SBY ini hanya dimiliki orang tertentu yg telah selama bertahun-tahun menjadikan SBY sebagai objek kajian/riset terkait leadership - politics. "There is no doubt that SBY is the strongest and most important person in Indonesia since 2004 until now and for the next few years ..." kata Professor ilmu politik saya menyimpulkan pada tahun 2016 lalu. Saya percaya kesimpulan dosen tersebut karena saya terlibat dalam penelitiannya. Institusi intelijen asing seperti CIA, Mossad, SAS, SIS dll lebih fokus mengamati SBY ketimbang tokoh Indonesia lain, termasuk Jokowi yang disimpulkan hanya proksi dari SBY berbagi kendali dengan CSIS, LBP, AMHP, Cukong, dst. But only SBY as the only key figure in Indonesian politics. Memprediksi masa depan mengharuskan kita memahami hari ini dan masa lalu. Hari ini adalah out put masa lalu, masa depan adalah out put masa sekarang + masa lalu. Sejarah itu penting. Sejarah yang benar bukan hasil rekayasa dan propaganda penguasa. History bukan His Story !
Objektifitas menjadi sangat penting untuk memahami secara utuh dan benar mengenai suatu peristiwa atau seseorang. Karena politik itu bebas nilai, maka tidak boleh melakukan penilaian didasarkan pada baik atau buruk, melainkan benar atau salah: efektif atau gagal: efisien atau inefisien, dst. Berdasarkan pedoman ilmiah yang sudah baku itu, maka dapat disimpulkan strategi SBY di masa lalu, pada kurun waktu 2011-2014 adalah efektif. SBY sukses meraih hampir semua tujuan yg telah ditetapkan sebelum menjalankan strategi. Puncaknya: SBY menjadi the real president behind Jokowi. Efektifitas strategi SBY tentu didukung posisinya Sebagai presiden saat itu. Strategi itu mustahil dijalankan tanpa kekuasaan sebagai presiden, seperti sbb:
  1. Pengalihan Proyek Pemerintah Mobnas untuk sarana kampanye Jokowi
  2. Pengangkatan Djan Faridz pendukung Jokowi ahok sebagai Menpera
  3. Penunjukan Moeldoko sebagai Wakasad Januari 2013, sebagai Kasad Mei 2013 dan Panglima TNI Agustus 2013.
Moeldoko diketahui sebagai salah satu binaan Hendropriono mantan atasan SBY Dll.
Dan terpenting adalah SBY menggunakan kekuasaannya selaku presiden untuk melindungi semua dugaan pelanggaran hukum dan korupsi Jokowi Ahok: Dari Solo - Beltim hingga Jakarta. Dari walikota dan bupati hingga Gubernur - Wakil Gubernur. Jokowi ahok menikmati perlindungan Presiden SBY.
SBY secara diam-diam juga menaikkan posisi tawar di hadapan AS yg sejak 2010 komit membantu China mewujudkan presiden proksi di Indonesia. Deception SBY terbukti mampu kelabui Amerika yg tidak sadar bahwa SBY berkepentingan lebih besar atas agenda politik AS terkait proksi. Pihak AS terbukti terkecoh. Meragukan SBY mau membantu kemenangan Jokowi Pilkada DKI 2012. AS sampai harus menggunakan wikileaks dan media asing (The Age, The Herald, etc) sebagai tekanan guna memastikan komitmen SBY membantu agenda AS: mewujudkan presiden proksi di RI 2014. Insiden Wikileaks seputar isu 'abuse of power SBY' menjadi solusi dan exit strategy SBY melepaskan diri dari statusnya sbg sekutu PRepublik, dan beralih menjadi sekutu Partai Demokrat AS yang saat itu menjadi penguasa Gedung Putih (Obama 2008-2016) Lagi-lagi membuktikan kehebatan SBY.

Keberhasilan SBY menolak permintaan AS (Scot Marceil, Dubes) agar Jokowi diusung capres oleh Partai Demokrat dan usul SBY agar memanfaatkan PDIP sebagai kendaraan politik Jokowi di pilpres 2014 kembali menimbulkan keraguan AS pada komitmen SBY. Dan akhirnya Obama mengundang SBY ke AS Mei 2013. Berkedok sebagai penerima penghargaan 'Negarawan Pahlawan Tolerasi Beragama' dari Yayasan Yahudi New York (yang disiapkan Obama), SBY ke AS untuk mempresentasikan strategi pemenangan Jokowi pada pilpres 2014 di depan Obama dkk (30 Mei 2013). Hasilnya Obama menyetujui rencana strategi SBY. Kesepakatan SBY - Obama: Jokowi diusung PDIP bukan Partai Demokrat disertai janji SBY bahwa koalisi PDIP diperkuat minimal 1 Partai Islam (PKB) untuk kurangi resistensi Islam pada Jokowi. KPK tetap terus ditunggangi untuk jerat politisi islam & media berperan membentuk opini merusak moral Islam. Dari Washington SBY menghubungi Wapres Budiono (31 Mei 2013) untuk meneruskan pesan SBY kepada Taufik Kemas, suami Megawati Ketum PDIP:  Agar PDIP segera usung Jokowi sbg capres 2014. SBY juga menegaskan dukungannya kepada Jokowi-PDIP meski berada di luar koalisi PDIP-Jokowi. Wapres Budiono meneruskan pesan SBY kepada Taufik Kemas pada 3 Juni 2013 saat mereka bertemu di acara peringatan Hari Kelahiran Pancasila di Ende, NTT 3 Juni 2013. Kembali dari NTT, Taufik Kemas sampaikan pesan SBY ke Megawati agar PDIP segera usung Jokowi capres. Mega menolak. Walau Taufik Kemas telah beri argumentasi seputar usulan SBY, Megawati kukuh menolak permintaan SBY: agar PDIP usung Jokowi
1.      Amanat Kongres PDIP 2012: Megawati Capres PDIP 2014
2.      Mega tidak percaya SBY.
3.      Pernah dibohongi SBY berkali-kali Terkait Kecurangan SBY di Pilpres 2009

Kepada publik Megawati selalu sebut:
  • Ada penumpang gelap di Pilkada Jakarta 2012
  • Jokowi ini siapa kok semua mendukungnya?
  • Kok kemana-mana dikerumuni dikejar wartawan?
  • Kok tiap menit jadi berita di media?
  • Jokowi loyalitas kepada siapa?
  • Jokowi sudah sumpah akan 5 tahun jadi Gubernur DKI, Dst

Kembali kehebatan SBY terbukti. Penolakan Mega atas usul SBY usung Jokowi Capres PDIP 2014, menjadi peluang besar yang untungkan SBY. Dibantu AS & sekutunya, tekanan bertubi-tubu kepada PDIP-Megawati yang menolak usung Jokowi, berbuah kemenangan Cagub Partai Demokrat/SBY di Pilkada Bali & Jatim 2013.

2013 tahun kejayaan SBY - Dukacita Mega
  • Taufik Kemas suami Mega wafat mendadak
  • PDIP kalah Pilkada dimana-mana
  • SBY menang pilkada dimana-mana
  • Partai Demokrat direbut dan dikuasai SBY sepenuhnya
  • KPK terus menjerat politisi Islam
  • Media terus buat opini pojokkan Islam
  • Prabowo merosot
  • Jokowi melambung

Penolakan Megawati atas permintaan SBY untuk pencapresan Jokowi melalui PDIP direspon SBY-AS dan sekutunya dengan melancarkan operasi intelijen untuk penggalangan dukungan pencapresan Jokowi mulai dari DPD PDIP Propinsi sampai tokoh senior PDIP.  Menekan Mega dari internal PDIP. Merebak isu mulai dari penggulingan Mega sebagai Ketum PDIP sampai pembakaran kota Jakarta jika Mega tidak setujui pencapresan Jokowi oleh PDIP. Opini media juga diarahkan untuk menyerang Megawati. Akhirnya Mega menyerah, terpaksa mengusung Jokowi, Perjanjian Batutulis pun diingkari Mega. Lagi-lagi SBY jadi pemenang, raih keuntungan besar.
Pengetahuan publik: Jokowi diusung Mega/PDIP
Fakta: Jokowi diplot jadi presiden oleh SBY. Kendali ada pada SBY

Di balik Jokowi, SBY sebagai the real president
Kekuasaan SBY mutlak meliputi ekonomi, keuangan, hankam, kesehatan, LN
Mustahil dibantah:
Sri Mulyani Menkeu SBY
Moeldoko Panglima TNI SBY
Agus Marto/Darmin Gub BI SBY
Sofyan D Menteri SBY
Hadi Tjahjanto Sesmil SBY
Perry &Wimboh ex Direktur BI > BO B Centuty
Retno SBY
Moeloek SBY
Tito & Suhadi SBY
Agus Rahardjo SBY
Dll


Bahkan orang model kayak Ferdinan Hutaean yang dulu paling keras teriak akan bakar kota Jakarta jika Mega tidak segera usung Jokowi dan orang yang tiap hari demo KPK desak tangkap Hatta Rajasa koruptor KA adalah orang SBY. Ferdinan Militan Radikal Pro Jokowi Ahok

Beda dengan politisi lain, SBY tidak andalkan mesin partai (demokrat) dalam menjalankan strategi dan meraih tujuan. Bagi SBY partai hanya sarana pelengkap & lebih terkait formalitas belaka. Strategi & operasi pencapaian tujuan dilakukan SBY via jaringan non partai yg melibatkan TNI / ex TNI. Pada pemilu/pilpres, SBY lebih andalkan mesin tim sukses khusus (sekoci):  dari Tim Alpha sampai Tim Zulu. Timses Partai - Timses Pilpres hanya formalitas & kanalisasi, Kesuksesan SBY tergantung pada sekoci. Kerahasiaan & efektifitas sekoci terjamin karena tidak melibatkan pihak luar.

Sekilas balik
Periode 2012-2014 adalah masa dimana Presiden SBY sangat jarang tampil di publik. Kemunculan SBY di tengah publik & pers berkurang sd 90%. 2 tahun terakhir masa pemerintahan SBY digunakan penuh untuk menyusun strategi & mempersiapkan rezim SBY Part III di balik Jowowi. Jika 2013 tercatat sebagai tahun kejayaan SBY, maka tahun 2014 adalah puncak kejayaan SBY
  1. SBY sukses pemilu
  2. Sukses jadikan jokowi pemenang pilpres tanpa publik tahu bantuan luar biasa besar SBY
  3. Opini kuat bahwa Jokowi proksi/ petugas partai Mega/PDIP bukan SBY
  4. Konsolidasi Partai Demokrat
Mayoritas rakyat dan elit menyangka Partai Demokrat - SBY kalah besar dalam pemilu 2014. Dari 20% perolehan kursi DPR 2009, turun menjadi 10% pada 2014. Seperti itu terlihat dan memang opini seperti itu diharapkan SBY. Di sini hebatnya SBY mengelabui publik, teman & lawan,
Faktanya? Faktanya SBY sukses konsolidasi internal Partai Demokrat. Politisi Partai Demokrat yang terjerat hukum, faksi Anas, tidak loyal, potensial bermasalah, dst. digusur SBY dari DPR dan dari kepengurusan partai melalui mekanisme pemilu. Strategi Pontius Pilatus jenius SBY. Tendang kader keluar dengan pinjam kaki orang. Tahun 2012 SBY fokus menyiapkan perangkap besar dari proyek EKTP.  Proyek strategis EKTP sejak perencanaan SUDAH TIDAK dimaksudkan SBY harus selesai sesuai target. Sebaliknya, proyek ini sengaja disabotase oleh SBY sendiri agar mudah dikorupsi banyak pihak dan gagal total. Proyek EKTP dijadikan Presiden SBY sebagai tiket dan jembatan emas mewujudkan rencana SBY tetap sebagai pengendali kekuasaan politik pasca akhir pemerintahan kedua, setelah tahun 2014.
Perangkap proyek EKTP membuktikan SBY adalah tokoh visioner, merencanakan dan melihat jauh kedepan. Keputusan mengejutkan SBY menunjuk Gubernur Sumatra Barat Gamawan Fauzi yang bukan kader Partai Demokrat, bukan timses, bukan kerabat, bukan militer, dan minimal hubungan historis degan SBY, sebagai Menteri Dalam Negeri pada 20 Oktober 2009 bukti bahwa rencana perangkap korupsi proyek EKTP sudah disiapkan SBY sejak lama. Pasti Presiden SBY sengaja memilih Gunawan Fauzi sebagai mendagri untuk menghindari komplikasi politik dan hukum yang ditimbulkan dari kasus korupi EKTP di tahun-tahun mendatang. Komplikasi yang dikhawatirkan SBY dapat menyeretnya, keluargnya, partainya, TNI, organisasi purnawirawan TNI, dst.

Jika tidak ada rencana menyiapkan perangkap korupsi ektp, SBY pasti memilih politisi senior Partai Demokrat, Gubernur kader Partai Demokrat, atau jenderal senior yang dikenal baik & dipercaya SBY untuk menjabat posisi sangat strategis Menteri Dalam Negeri. Tapi SBY tidak melakukan hal itu. Di sini letak keunggulan SBY, Setelah sukses memanipulasi hasil pilpres 2009 yang memenangkan SBY satu putaran, langkah berikut SBY adalah menutup celah hasil pilpres 2019 dapat digugat atau dipermasalahkan di masa mendatang, yang dimungkinkan dengan penyelesaian proyek EKTP sesuai target. Jika proyek EKTP selesai Desember 2012. Jumlah rakyat pemegang ektp = 150-155 juta orang Apa yg mungkin terjadi?
Bisa jadi ada lawan politik SBY tiba-tiba sadar bahwa Pilpres 2009 sangat curang karena jumlah pemilih di DPT tercatat 176 juta orang. Potensi ancaman ini harus dilenyapkan. Maka proyek EKTP harus gagal. Dan kegagalan proyek itu harus disebabkan KKN sehingga banyak politisi dari kubu lawan yg dapat dijadikan kambing hitam/tumbal kegagalan proyek EKTP. Lebih jauh lagi keterlibatan lawan politik SBY pada korupsi ektp dapat jadi senjata politik bagi SBY.
Agar proyek EKTP dapat menjadi perangkap korupsi, SBY melakukan sbb:
  1. Menunjuk GF sbg mendagri
  2. Mengubah PHLN jadi APBN murni
  3. Membatalkan rekom LKPP ttg temuan KKK pada lelang
  4. Mensabotase pekerjaan PT Sandipala
  5. Mengondisikan Paulus Tanos buron
  6. Johanes Marliem
Untuk memastikan ketua LKPP tidak menjadi tersangka korupsi EKTP atas keterlibatannya mencabut rekom pembatalan lelang EKTP, Ketua LKPP ditempatkan SBY sbg Ketua KPK. Langkah jenius SBY.
Mundur sedikit kebelakang, Diakhir jabatan SBY mendapat pujian luar biasa dari Obama atas jasa besar SBY mewujudkan agenda AS-China: Presiden Proxy RI 2014-2019. Menghapus kekhawatiran China pada keterlibatan RI pada konflik Spratly di LCS. Memudahkan program sekulerisasi di RI. Sebagai bukti SBY mendukung rencana besar CSIS, memudahkan China melancar operasi intelijen, menjalankan strategi dan agenda politik di RI, maka pada Oktober 2011 SBY menggeser tokoh CSIS Mari Pangestu menjadi Menteri Pariwisata. Banjir China ke Indonesia dimulai (https://industri.kontan.co.id/news/kemenparekraf-ingin-genjot-wisman-asal-china) Presiden SBY memberi kontribusi besar untuk cukong dan tionghoa. Tidak sebatas melindungi semua dugaan korupsi ahok, membantu ahok (dan jokowi) menang pilkada 2012, SBY juga beri hadiah Perppres 2014
Pengelabuan SBY juga terjadi ketika Fraksi Partai Demokrat di DPR tak terduga melakukan Walk Out pada voting RUU Pilkada di Rapat Paripurna DPR. Walk Out Fraksi Partai Demokrat menyebabkan kekalahan fraksi KMP di RUU Pilkada. Juga di RUU Perppu Ormas: SBY-PD dukung PERPPU Ormas

Banyak bukti di depan mata, tapi rakyat & elit politik Indonesia tetap tidak sadar di mana posisi SBY - Partai Demokrat. Inilah bukti kehebatan Deception/pengelabuan SBY
  • Pada RUU Pemilu
  • Pada kasus penistaan agama oleh ahok
  • Pada Pansus DPR Hak Angket KPK
  • Pada aksi damai jutaan umat
  • Dll

Saya memaklumi kesulitan rakyat memahami SBY karena kehebatan SBY mengelabui semua orang, menyebar asap tirai penutup, melempar isu mengecoh lawan, menampilkan kesan terbalik dengan niat dan tujuan. Jangankan awam, elit politik, teman dan lawan pun terkecoh oleh kesan yang dibangun SBY.

Juga ketika
Ø SBY tiba-tiba ke JK pada 27 Juni, hari pilkada serentak.
Ø Malamnya JK tiba-tiba bertemu PKS.
Ø Utusan SBY temui RINDU.
Ø SBY beri pujian untuk ASYIK
Hasilnya:
Ø PKS membelot - Deal dengan RINDU
Ø ASYIK kalah
Ø Koalisi Gerindra PKS hancur lebur
Ø Prabowo terancam gagal nyapres
Quattrick SBY !

Kesempurnaan SBY sebagai politisi dibuktikan SBY dengan menampilkan 'ketidaksempurnaannya' secara disengaja. SBY sangat paham bahwa "terlihat lebih baik dari orang lain selalu berbahaya, namun yang paling berbahaya adalah terlihat tidak memiliki kesalahan/kelemahan" Deception. Bukti kehebatan Deception SBY Sudah jelas bahwa SBY pencipta, pendukung, koalisi terbesar dan pemgendali rezim Jokowi, tapi rakyat dan elit politik sampai periode Jokowi akan berakhir tidak kunjung menyadari fakta tersebut. Padahal SBY menempatkan semua fakta itu di depan mata rakyat.

Sektor Keuangan:
Ø  MENKEU - Menko Ekonomi - Gubernur BI - Ketua OJK Semua pejabat keuangan RI Era Jokowi = Pejabat era SBY = Orang pilihan SBY.
Ø  Ketua KPK, Kapolri, Kepala BNPT = pilihan SBY
Ø  Ka SKK Migas, Lemhanas, Panglima TNI, Menlu, Menkes, Menag bahkan KSP ! Semua pilihan SBY.

Fakta bahwa SBY adalah penguasa sesungguhnya di balik rezim Jokowi atau rezim Jokowi sebenarnya adalah rezim SBY Jilid III secara sempurna berhasil disembunyikan SBY dari penglihatan publik walau realita itu terpampang jelas di depan mata. Mengapa hal itu dapat terjadi?
Cara berpikir publik bertolak belakang dengan cara pikir politisi. Publik selalu melihat apa yang disajikan/ditampilkan di depan mata. Sedangkan politisi selalu menyembunyikan kebenaran dari penglihatan publik dengan menampilkan wajah palsu atau topeng. Politisi selalu berdusta. 3 minggu menjelang pendaftaran bakal capres cawapres di KPU 4-30 Agustus 2018 tidak ada satu partai atau koalisi partai yg telah menetapkan nama paslon pilpres 2019. Bahkan satu koalisi partai pun belum terbentuk. Semua partai terlihat gamang diliputi serba ketidakpastian. Tidak satu pun lembaga survey berani atau bersedia mempublikasikan hasil survey elektabilitas para bakal capres cawapres. Berbeda degan situasi tahun 2013 menjelang pilpres 2014, Rakyat jadi bertanya2, siapa sosok capres cawapres terkuat? Siapa kuda hitam? Apakah ada wajah baru?
Saya prediksi rencana beberapa partai bertemu pada 15 Juli yad untuk membahas dan menyepakati nama bakal cawapres Jokowi akan gagal. Sampai 15 Juli nanti tidak akan muncul nama cawapres Jokowi hasil kesepakatan sejumlah partai. Koalisi partai pengusung Jokowi juga belum akan terbentuk.
Fakta politik beda dengan opini publik yang sudah terbentuk. Opini publik menganggap Jokowi sdh didukung banyak partai.
Fakta politik: tidak ada satu partai pun telah secara resmi mendukung Jokowi. Semua dukungan partai yang disebut2 untuk Jokowi hanya ucapan di bibir tanpa tindaklanjut. Hanya Partai Nasdem yang dapat dinilai hampir pasti dukung Jokowi karena hanya Nasdem yang menyampaikan ke publik akan dukung Jokowi tanpa embel-embel atau disertai syarat bakal cawapres Jokowi HARUS dari Nasdem. Di luar Nasdem, semua partai 'membunuh' Jokowi. Menyiksa Jokowi, Mempermainkan.
Dukungan partai-partai kepada Jokowi yang disertai syarat cawapresnya harus dari partai pendukung masing-masing adalah sama dengan 'membunuh' Jokowi, Mustahil Jokowi memiliki 3,4 atau 5 cawapres sekaligus. Dukungan itu = ngenyek. Melecehkan. Menyiksa. Menutup peluang jokowi nyapres. Bayangkan bagaimana tekanan hebat sekarang ditujukan kepada Jokowi. Pihak AS (baca: Barat dan sekutu) menegaskan bahwa paslon pilpres 2019 harus representasi Islam - Islam atau Islam - Nasionalis/Nasionalis - Islam. Jokowi terpaksa melirik tokoh-tokoh Islam untuk bakal cawapresnya. Persyaratan AS mengenai paslon pilpres 2019 persoalan besar bukan pada pada tokoh Islam mana yg harus dipilih Jokowi untuk cawapres, melainkan pada status Jokowi sendiri:
"Jokowi sebagai representasi Islam atau nasionalis atau tidak keduanya?" Islam Nusantara? Sungguh kasihan Jokowi Ketika akhir 2017 Gedung Putih menegaskan bahwa utk kestabilan sosial politik dan keamanan di Indonesia dan kawasan ASEAN/Asia Pasific, AS ingin paslon Pilpres 2019 dari tokoh Islam moderat/nasionalis, Jokowi cari legitimasi sbg muslim sampai ke Afganistan.
Namun fakta bahwa umat Islam Indonesia 'tidak mengakui' Jokowi sebagai muslim sudah menjadi pengetahuan dunia khususnya AS. Islam Nusantara dianggap Jokowi sebagai solusi atas masalah identitas agama yg sekarang membelit Jokowi. Pengusung Islam Nusantara benar melecehkan kecerdasan AS.
Anda boleh tidak setuju, namun adalah fakta politik bahwa tanpa restu dan dukungan AS (dan sekutu) hampir mustahil Jokowi terpilih sebagai presiden RI 2019-2024. Dengan sistem politik dan demokrasi liberal yang dianut Indonesia, faktor dukungan AS menjadi sangat penting/signifikan. Fakta bahwa AS di bawah Presiden Trump / Republiken tidak mendukung Jokowi. Fakta bahwa Obama-Clinton/Demokrat sbg pendukung utama Jokowi tdk lagi menjadi penguasa AS. Fakta bahwa China mustahil ambil risiko mengusik agenda AS/Trump terkait pilpres Indonesia 2019. Fakta bahwa AS ingin tokoh Islam - Islam atau Nasionalis-Islam/Islam - nasionalis sbg RI 1 - RI 2 yad telah menempatkan Jokowi sebagai Kartu Mati. Islam Nusantara sebagai identitas Jokowi not acceptable di mata AS. Manuver Jokowi menggunakan 'perang dagang RI-AS' juga bakal percuma. Jokowi sendiri ragu apakah pilihannya pada tokoh Islam sbg cawapres dapat diakomodir AS sebagai 'telah memenuhi persyaratan'. Karena persoalan besar bukan pada sosok cawapres Jokowi, melainkan atas sosok Jokowi sendiri: Islam? Nasionalis?. Islam Nusantara not acceptable !
Kalangan analis politik Singapore, mencoba membentuk opini bahwa pihak AS masih mungkin merestui jika Jokowi memilih TGB sebagai cawapresnya. Pendapat seperti ini berkembang setelah mendapat info dari Kedubes AS di Singapore. Masalahnya:  info dari Kedubes AS itu 'invalid' . Info dari Kedubes AS di Singapore yg sebut bhw Jokowi masih punya kans direstui AS sbg Presiden jika duet dg TGB adalah info dr Stephanie SR Dubes AS yg ditunjuk Obama Trump sdh menunjuk KT Farland sbg dubes baru sebagai pengganti Stephanie Jokowi TGB tak akan direstui AS.
       

Sebentar lagi media massa Indonesia secra bertahap akan balik arah tidak mendukung Jokowi seiring dengan mulai beredar luas informasi bahwa Jokowi tdk direstui AS. Politisi Indonesia yang sudah mencium gelagat Jokowi pasti ends adalah SBY. SBY terpaksa kubur Jokowi – AHY. SBY incar Anies AHY. SBY paling merugi degan kepastian AS tidak restui Jokowi meski pake embel-embel Islam Nusantara atau Islam Amerika dst. Tradisi Republiken jelas,  SBY sendiri membuktikan bahwa dia raih dukungan Bush/Republiken pada bulan April 2003 karena resistensi Bush kepada Mega yang didukung Clinton/Demokrat. Para tokoh Islam yang sedang kegeeran siap-siap kecewa berat karena upaya Jokowi raih restu AS degan sodorkan beberapa nama alternatif cawapres sangat kecil kemungkinan dapat mengubah keputusan AS. Kalau Jokowi nekad maju pilpres 2019? Siapa mau pilih? Partai bodoh mana mau usung Jokowi?
Masih ada peluang Jokowi direstui AS? Menurut saya: masih ADA.
Satu-satunya cara mungkin dilakukan Jokowi raih restu AS utk penuhi syarat Islam-Nasionalis adalah "HAJI" Jika Kerajaan Saudi bersedia beri visa haji untuk Jokowi, Jokowi naik haji tahun ini. Mungkin saja Who knows?
Tanda2 Jokowi ends sdh mulai terlihat:
  1. SBY selingkuh, meninggalkan jokowi, sodorkan dia ke partai-partai lain yang belum tahu AS tidak restui Jokowi
  2. Pemberitaan media besar tidak lagi puji Jokowi, sebaliknya mulai seret Jokowi jatuh
  3. Jokowi takut umumkan cawapres
  4. Partai-partai menunggu

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama